Sosmed

Dokter Oky Tantang Maxie Skincare: ‘Laporkan Saya Jika Berani!’

×

Dokter Oky Tantang Maxie Skincare: ‘Laporkan Saya Jika Berani!’

Sebarkan artikel ini
Dokter Oky Tantang Maxie Skincare: 'Laporkan Saya Jika Berani!'
Dokter Oky Tantang Maxie Skincare: 'Laporkan Saya Jika Berani!'

Tapakbatas.com– Hasil laboratorium pemeriksaan produk Maxie Skincare asal  Makassar terungkap. Dokter kecantikan ternama, dr. Oky Pratama, mengatakan bahwa produk tersebut mengandung bahan berbahaya, yakni merkuri dan hidrokuinon.

Dalam unggahan TikTok akun @dr.okypratamaa, dr. Oky membeberkan hasil pengecekan laboratorium yang menunjukkan bahwa Maxie Skincare, khususnya krim malamnya, memiliki kandungan hidrokuinon sebesar hampir 5 persen.

Krim malam Maxie Skincare mengandung hidrokuinon dengan kuantitatif analisis yang dilakukan satu kali dan dua kali pengukuran dengan simplo-duplo 4.73 dan 4.75, result 4.79 persen hidrokuinon

“Maxie Skincare hidrokuinon hampir 5 persen dijual bebas. Kalau merasa nggak senang, silakan laporkan saya, dengan senang hati saya tunggu di meja hijau,” tegas dr. Oky dalam unggahannya pada Selasa (15/10/2024).

Selain itu, dr. Oky juga mencantumkan tangkapan layar penjelasan resmi dari BPOM dengan nomor HM.01.1.2.10.24.65 yang dikeluarkan pada 11 Oktober 2024, Tentang Hasil Pengawasan dan Tindak lanjut BPOM Terhadap Pemberitaan Mafia Skincare

Sehubungan dengan viralnya pemberitaan di media yang menyebutkan adanya mafia skincare, BPOM RI memberikan penjelasan sebagai berikut:

BPOM telah menindaklanjuti laporan masyarakat dengan melakukan klarifikasi kepada pihak-pihak yang terkait dan telah melakukan pengawasan terhadap sarana/perusahaan/individu yang diindikasikan melakukan pelanggaran di bidang kosmetik tersebut.

Berdasarkan hasil pengawasan tersebut, ditemukan pelanggaran berulang yang bersifat sistemik sehingga menimbulkan risiko penurunan mutu yang mempengaruhi keamanan produk.

Terhadap pelanggaran tersebut, BPOM telah memberikan sanksi berupa:

  1. Penghentian sementara kegiatan produksi dan distribusi kosmetik; dan
  2. Penutupan sementara akses pengajuan notifikasi.

Sanksi tersebut diberlakukan untuk jangka waktu 30 hari kerja dan sampai tindakan perbaikan dan pencegahan (corrective action preventive action) telah dinyatakan selesai.

Saat ini, BPOM masih melakukan investigasi dan penelusuran lebih lanjut sebagai upaya penindakan untuk penegakkan hukum.

Apabila ditemukan bukti yang mengarah pada pelanggaran pidana, maka akan dilakukan proses penyidikan (pro justitia) dengan tetap mengedepankan asas praduga tidak bersalah.

Berdasarkan Pasal 435 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan, setiap orang yang memproduksi atau mengedarkan kosmetik beretiket biru yang tidak sesuai ketentuan, maka dapat diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda paling banyak Rp5 miliar.

BPOM telah melakukan berbagai upaya penanganan terhadap pelanggaran produksi dan peredaran kosmetik berupa intensifikasi pengawasan, penindakan untuk penegakan hukum, serta bimbingan teknis kepada pelaku usaha dan tenaga medis.

BPOM juga melakukan edukasi kepada masyarakat termasuk melalui kampanye nasional yang berkolaborasi dengan lintas sektor terkait.

BPOM senantiasa menjaga integritas dan akan bertindak tegas terhadap siapapun yang terbukti terlibat dalam pelanggaran produksi dan peredaran kosmetik.

BPOM mengimbau masyarakat untuk cerdas dalam memilih dan menggunakan produk obat dan makanan termasuk kosmetik. Selalu ingat “Cek KLIK” (Cek Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kedaluwarsa).

Informasi produk obat dan makanan yang telah memiliki izin edar dapat dicek melalui laman https://cekbpom.pom.go.id/ atau aplikasi BPOM Mobile.

BPOM juga mengimbau masyarakat untuk melaporkan kepada BPOM atau penegak hukum apabila memiliki informasi atau mencurigai adanya pelanggaran produksi dan peredaran kosmetik.

Laporan kepada BPOM dapat dilakukan melalui Contact Center HALOBPOM 1500533 atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai/Loka POM di seluruh Indonesia.

Unggahan dr. Oky Pratama ini mendapatkan banyak perhatian dari warganet yang mendukung langkahnya dalam mengungkap kandungan berbahaya di produk skincare.

Sebelumnya, BPOM juga telah mengeluarkan peringatan publik terhadap Maxie Skincare pada tahun 2023, setelah menemukan sejumlah produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, termasuk merkuri.

Hingga berita ini dipublikasikan, belum ada pernyataan resmi dari Owner Maxie Skincare, Mia Aliza.

Kendati demikian, masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dalam memilih produk kosmetik dan selalu melakukan pengecekan melalui aplikasi BPOM untuk memastikan keamanan produk.

Editor : Darwis

Follow Berita Tapakbatas.com di Google News