Tapakbatas.com – Mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo mengingatkan soal konflik agraria di Pulau Rempang.
Pasalnya, warga masih menolak untuk direlokasi karena adanya rencana pembangunan kawasan Rempang Eco City.
Diketahui Penduduk Kampung Melayu Tua di Pulau Rempang, Batam ini berjumlah sekitar 7.500 jiwa.
Beberapa hari lalu bentrok antara warga dan aparat pecah. Warga menolak untuk direlokasi hingga melakukan aksi.
Konflik agraria di Pulau Rempang menjadi pemicu warga meradang, lahan seluas 7.572 hektar di Pulau ini menjadi target lahan proyek.
Proyek strategis nasional ini akan dibangun pabrik kaca milik perusahaan China Xinyi Group dalam kawasan Rempang Eco-Park.
Kerjasama ini pun diperkirakan akan mampu menarik investasi hingga ratusan triliun rupiah.
Oleh karena itu, mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo mengingatkan soal konflik agraria di Pulau Rempang
Dia mengatakan agar jangan sampai negara ini dikutuk oleh seluruh dunia bahwa negara ini melakukan pelanggaran HAM berat.
“Di banned semuanya produksi-produksi Indonesia tidak boleh keluar, makin sengsara kita,” kata Gatot melalui Channel Youtube Hersubeno Point yang dilihat pada Selasa (26/9/2023)
Jebolan AKABRI tahun 1982 mengingatkan soal bahayanya Suku Melayu terutama menyoal potensi perang.
“Yang perlu saya ingatkan kepada saudara-saudara sekalian se-bangsa se-tanah air karena kondisi sosial media ini sudah seolah-olah mengungkit kebangsaan atau suku Melayu-nya ini, sehingga datang dari Kalimantan, datang dari Medan, datang ke sana,” imbuhnya.
“Saya hanya mengingatkan saja bahwa suku-suku di Indonesia ini adalah semua punya tarian perang, dan pada saatnya mereka siap untuk berperang sampai mati, itu jangan sampai terjadi,” lanjutnya.
“Karena ku nyatakan perang pada bangsa manapun yang membawa sengsara negeri ini, dan bila laut yang mendatangkan para perampas itu ke Nangro, maka laut pula yang akan kujadikan kuburan mereka,” tegasnya.
Jenderal Gatot mengaku kalau hal itu disampaikan oleh seorang pejuang, yang kata-kata tersebut ia buktikan ketika kapal Portugis datang, semuanya dihabisi nyawanya tanpa sisa.
“Kemudian kapal Belanda datang yang dipimpin oleh Kakak Adik Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman, dia bunuh dengan rencoknya sendiri,” pungkasnya.
“Dia adalah kepala barisan pengawal Istana, Panglima Rahasia seperti Mosad. Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.” tuturnya,
Jenderal Gatot mengenang Laksamana Malahayati, pahlawan Nasional perempuan yang terkenal memimpin pasukan laut Aceh dalam perang melawan Belanda pada awal abad ke-16.
“Malahayati orang Melayu-Aceh, seorang Malahayati yang akhirnya dia dianugerahkan Laksamana Malahayati, ini contoh seorang perempuan janda bisa melakukan seperti ini, apalagi laki-lakinya,” ungkapnya.
“Jadi jangan menganggap suku Melayu itu kaleng-kaleng,” tambahnya.
Bahkan Gatot Nurmantyo menyebut bahwa pelanggaran HAM berat sudah terjadi dalam konflik lahan di Rempang.
“Kemudian penggusuran itu harus sudah selesai anak ujian, ini masih dalam kelas sudah diadukan seperti itu, kemudian tidak boleh menggunakan alat-alat persenjataan, jadi dengan tangan kosong,” pungkasnya.
Editor : Ian